Aku dan FLP Banda Aceh
Rindu
Di sudut jendela kamar
Ada berbagai ribuan cahaya
yang menghiasi kelamnya langit
Di sudut jendela kamar
Ku melihat Bintang bulan bergandeng
bersama
Bercengkrama dalam jarak
Laksana mereka dalam posisi dekat
Di sudut jendela kamar
Dingin membisik telingaku
Menghibur jiwaku akan kerinduan
Kerinduan yang tiada hentinya
Di sudut jendela kamar
Ku menyingkap laptop kecilku
Memainkan abjad penuh abjad
menoreh sejumlah cerita yang kupunya
Di sudut jendela kamar
Aku mengingat kisah
Kisah kita yang terajut menjunjung
kekeluargaan
Kisah yang tak pernah aku lupakan
bersama kalian
Inaugurasi FLP 2016
---
AFZ
9 September 2016 | 0:39 WIB
Sepucuk
puisi yang kulantunkan itu, hanya seperempat kegalauan dari rasa rindu yang
menusuk jiwaku atas Inaugurasi FLP 2016
yang lalu. Yah, itulah kenyataannya! Aku Arisna, seorang gadis yang selalu tak
pernah puas akan hausnya ilmu, ilmu apa saja, termasuk menulis. Sebelum lebih
jauh, aku akan mengenalkan Apa itu FLP? FLP adalah Forum Lingkar Pena yang
didirikan pada tahun 1997 oleh Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, Muthmainnah dkk.
Organisasi FLP ini bergerak dalam bidang kepenulisan. Tahun 2016 ini, aku
membulatkan tekad mencoba berkomitmen dengan hati untuk mengikuti serangkaian
seleksi penerimaan di organisasi FLP Banda Aceh. Awalnya aku mengetahui FLP
Banda Aceh ini sudah lama, sejak tahun 2014 aku telah mengenal adanya FLP ini,
tapi keberanian untuk bergabung belum cukup. Di tahun inilah aku mencobanya,
mulai dari seleksi administrasi, seleksi ujian tulis dan wawancara, serta
seleksi terakhir yaitu inaugurasi. Baiklah, aku akan menjelaskan sekilas
terlebih dahulu.
Seleksi administrasi ini
terdiri dari pengiriman formulir beserta salah satu karya kepada pihak FLP. Setelah
beberapa hari, pengumuman pun keluar dan aku pun lulus untuk melanjutkan tahap
seleksi wawancara serta ujian tulis dengan jumlah peserta ± 100 orang. Dag dig
dug, hatiku tak karuan menunggu hasil wawancara tersebut, ternyata aku masuk
dalam 33 orang yang lulus. Tahap selanjutnya yaitu Inaugurasi FLP. Disinilah
yang sebenarnya memberatku, bukan karena finansial, bukan karena malas
mengikuti, tapi hanya karena waktu. Semenjak aku lulus dari Jurusan Teknik
Sipil Universitas Syiah Kuala, aku di ajak bergabung dengan salah satu
Konsultan Perencana yang membuat lebih dari separuh waktuku, kuhabiskan untuk
konsultan tersebut tak terkecuali hari sabtu. Aku telah sampai di tahap ketiga,
Pantaskah akun menyerah? Tentu saja tidak! Karena aku telah berkomitmen
mengikuti rangkaian penerimaan ini. Ketika technical
meeting, aku memberanikan diri meminta izin kepada panitia agar aku bisa berpartisipasi
pada malam minggu serta keesokan harinya, dan ternyata pihak panitia
menginzinkan dengan berbagai konsekuensinya. Yeay! Alhamdulillah.
Tibalah malam minggu
tersebut, aku yang sebenarnya tidak berani untuk bergabung karena telah sangat
telat, akhirnya menelpon panitia. Eng ing eng, ternyata panitia tidak
mengangkat, aku pun mencoba keberanian menelpon yang lain, ternyata ada yang
mengangkat. Dengan ketakutanku, (sebenarnya karena tidak sanggup lagi menahan
gigitan nyamuk) memberanikan diri jalan ke aula tempat mereka berkumpul. Hmmm..
itu pada saat yang menegangkan. Mereka pun mempersilahkan aku masuk mengikuti,
dan bergabung bersama mereka. Ketika aku masuk, para peserta melirik diriku, bukan
karena aku cantik, muehehehe, tapi karena keterlambatan ku. Dalam benak mereka pasti timbul tanda tanya. Siapa sih
cewe ini? kenapa telat bergabung? dan tentu lain-lainnya. Fiuh, aku terasa
asing, terasa tidak enak, terasa ya gitulah. Rupanya ada teman di sebelah ku
menyapa menanyakanku, nama dan kamar yang mana. Aku terdiam dan sejenak bingung.
Oh ada pembagian kamar lagi dan aku belum mengenal teman-temanku. Setelah mengikuti
kegiatan terakhir, aku menanyakan kepada panitia. Mereka menyuruhku masuk ke
kamar 4. Sebelum ke kamar, aku dihadiahkan oleh panitia sebuah buku cantik yang
ceritanya menarik sekali “Jejak-Jejak Mas Gagah #2 karya Helvy Tiana Rosa, dkk” serta terbesit pesan
rahasia untuk meresensinya dan harus siap besok hari. Bayangkan? Bagaimana cara
aku membacanya?. Berjalanlah aku ke kamar menusuri lorong sepi yang bertuliskan
“kamar 4”. Aku membuka pintu tersebut, menyapa mereka. Awalnya aku merasa
canggung dengan mereka, rata-rata dari mereka memiliki umur dibawahku. Hal tersebut
tak membuatku menyerah untuk berkenalan dengan mereka. Malam yang dingin itu,
aku pun bertanya tugas apa yang harus dikerjakan. Kami pun membuat bersama, mulai
dari tugas resensi, membaca 1 juz alquran, tugas wawancara pengurus, menulis
diary, dan merekayasa sebuah penampilan untuk keesokan hari. Tak lupa,
disela-sela waktu, kami mulai bercanda, bergosip dan lainnya, aku tak menyangka
mendapatkan teman sekamar yang kalau bisa dibilang “abnormal”.
Suasana
hampir subuh yang dingin, sunyi dan nyaman seperti mengingatkan kami kepada
sang ilahi untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Kami pun beranjak dari ranjang, mengikuti
jamaah shalat tahajud dan menunggu waktu shalat subuh. Usai shalat subuh, kami
pun kembali ke kamar dan bergegas menyiapkan diri ke lapangan untuk olahraga
lalu sarapan. Jam telah menunjukkan jam 8 kami kembali bersiap untuk mengikuti
kelas 7 : menulis inspiratif dan kelas 8 : Perang Media. Pengisi materi pada
setiap kelas sangat inspiratif. Untuk kelas 7 di isi dengan bang Bai ruindra
dengan sejumlah penghargaan yang telah dia miliki. Kelas 8 tak kalah dengan
pematerinya yaitu Ustadz T. Zulkhairi. Kegiatan selanjutnya acara penutupan,
disana kami menampilkan hasil rekayasa kami yaitu drama dengan judul kisah seorang
wanita kaya yang sombong “Nyonya Sondel”. Akan ada 4 kelompok yang tampil pada
hari itu, mereka menampilkan karya mereka dengan sangat bagus dan menarik.
Sampai lah pada akhir kegiatan inaugurasi, panitia mengumumkan penampilan
terbaik, dan jreng jreng jreng…. Kamar 4 pemenangnya. Alhamdulillah.. Berikut
Foto kelompok FriFor.
Foto bersama atas
kemenangan drama yang fenomenal
Keseruan anggota baru dengan keluarga besar FLP Aceh J |
ارسن فوزي
0 Response to "Aku dan FLP Banda Aceh"
Post a Comment